nusakini.com--Dalam era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas dalam agenda pembangunan. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) merupakan tulang punggung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam pengembangan inovasi teknologi bidang infrastruktur. 

Menurut Kepala Balitbang, Arie Setiadi Moerwanto, penelitian Balitbang adalah market based research atau penelitian yang dilakukan didasarkan pada kebutuhan pasar (masyarakat). “Kesuksesan bagi peneliti yaitu apabila hasil penelitiannya dapat dinikmati orang banyak dan membuat kehidupan penggunanya menjadi lebih baik,” kata Arie Setiadi dalam acara Diskusi Jumat Bersama Media di Media Center Kementerian PUPR.  

Teknologi yang dihasilkan oleh Balitbang PUPR harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu relevan (dibutuhkan oleh pihak lain), mudah diperoleh atau dikerjakan serta harganya murah. 

Sudah banyak hasil teknologi Balitbang baik temuan baru maupun pengembangan yang sudah dihasilkan sudah diaplikasikan dalam pembangunan infrastruktur. Misalnya pembangunan jalan layang (flyover) di Antapani, Bandung yang menggunakan teknologi Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP). CMP merupakan pengembangan dari teknologi Corrugated Sheel Arch oleh Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR.   

Keunggulan dari teknologi CMP di antaranya dapat menghemat biaya hingga 70 persen dan juga dapat menghemat waktu pengerjaan hingga 50 persen. Selain itu kelebihan lain dari CMP yaitu ramah lingkungan karena menggunakan lebih sedikit material konstruksi. 

Teknologi Balitbang PUPR lainnya adalah Sistem informasi Dini Lalu Lintas (SlNDlLA) yang sudah diaplikasikan di beberapa lokasi di Jawa. Pembangunan jembatan apung di Cilacap sepanjang 40 meter ini nantinya akan menjadi jembatan dengan teknologi apung pertama di Indonesia. Selain biaya produksinya lebih murah, keunggulan dari jembatan hasil teknologi Balitbang PUPR ini mudah dibongkar pasang atau dipindah. 

Pembangunan jembatan apung di Cilacap dan balai/perpustakaan apung di Tambak Lorok, Semarang ditargetkan akhir tahun ini sudah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Teknologi hasil litbang lainnya juga akan dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat dari Aceh hingga ujung Timur Indonesia, Papua.(p/ab)